Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Apr 9, 2012

Fakta pengguna internet di Indonesia tentang gameonline dan facebook

Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh SD Muhammadiyah Condongcatur dengan para wali murid adalah pengajian ahad pagi. Pada minggu, 16 Oktober 2011, pengajian ahad pagi untuk para wali murid kelas 4 mengambil tema “Game Online dan Facebook” yang saat ini sedang digandrungi oleh anak-anak sekolah. Materi ini disampaikan oleh Bapak Iyan Sofyan, S.Pd, M.A. Beliau seorang konsultan pendidikan. Bagi bapak / ibu yang pada hari tersebut berhalangan hadir, berikut ini saya sampaikan review / resume singkat isi dari pengajian tersebut.

Judul slide yang beliau bawakan adalah “Ketahui, fahami, dan antisipasi anak kecanduan Game Online dan Facebook-an” (Sudut Pandang Pendidikan dan Psikologi). Perlu kita ketahui bahwa fakta di Indonesia tentang penggunaan internet menunjukkan pada tahun 2010, penduduk Indonesia yang mengakses internet diperkirakan telah menembus angka 45 juta lebih. 1 dari 8 Orang pengguna internet adalah pemain game on line. (sumber: Direktur Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Departemen Komunikasi dan Informasi Depkominfo). Sebanyak 17, 6 Juta Pemilik Akun FB berasal dari Indonesia dan 360.000 pengguna bermumur 13 tahun. Pengguna yang termasuk kategori anak-anak sekitar 64 % atau 11, 3 juta anak usia 15 – 19 tahun. Adapun perangkat yang biasa digunakan oleh mereka untuk akses FB yaitu 53 % dari mereka mengakses FB via Warnet dan 19 % lewat jaringan telepon seluler (sumber : Riset Yahoo dan Taylor Nelson Sofres, 2009).

Apakah game online dan facebook punya sisi positif?atau malah keduanya hanya punya sisi negatif?

Sumber : Disarikan dari materi presentasi Bapak Iyan Sofyan, S.Pd, M.A. (Konsultan pendidikan) pada salah satu forum diskusi dengan orang tua/wali murid pada hari Minggu, 16 Oktober 2011.

Sisi positif dan sisi negatif game online - facebook

Sebagai orang tua, kita harus menjauhi dulu sikap apreori atau skeptis terhadap game online dan facebook. Game online dan facebook ternyata mempunyai 2 sisi yang harus kita pelajari dan fahami. Dua sisi tersebut adalah sisi positif dan sisi negatif.

Sisi positif game online antara lain :
  1. Meningkatkan koordinasi yang baik antara tangan dan mata setara dengan kemampuan atlet.
  2. Meningkatkan konsentrasi.
  3. Ketajaman mata yang lebih cepat.
  4. Meningkatkan kinerja otak dan memacu otak dalam menerima cerita.
  5. Meningkatkan kemampuan membaca.
  6. Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
  7. Membantu bersosialisasi.
  8. Meningkatkan kecepatan dalam mengetik.
Dampak positif facebook antara lain :
  1. Proses sosialisasi berkembang pesat
  2. Ajang menumbuhkan kreativitas dalam berekpresi dan menumbuhkan ide gagasan positif.
  3. Mempermudah proses belajar
  4. Belajar berbisnis
  5. Media silaturahmi keluarga
DAMPAK NEGATIF GAME ONLINE DAN FACEBOOK HANYA SATU YAITU : HIDUPNYA MENJADI TIDAK NORMAL.

Ketika Kecanduan, semua dampak positif tadi justru berbalik menjadi 2 kali lebih jelek dan terjadi penurunan secara drastis. Dalam jangka panjang bisa menjadi skeptis terhadap lingkungan sosial dan norma (Psikopat). Hidup dalam dunia “Keasyikan” nya sendiri.

Bagaimanakah sebaiknya sikap orang tua dalam mengantisipasi kecanduan tersebut?Bisakah kita mendeteksi anak-anak atau bahkan diri kita sendiri "apakah sudah termasuk kedalam kategori kecanduan atau belum?"

Sumber : Disarikan dari materi presentasi Bapak Iyan Sofyan, S.Pd, M.A. (Konsultan pendidikan) pada salah satu forum diskusi dengan orang tua/wali murid pada hari Minggu, 16 Oktober 2011.

Proses dan penyebab kecanduan game online-facebook serta upaya pencegahannya.

Seorang anak atau seseorang yang kecanduan game online dan facebook-an bisa kita lihat/amati dari beberapa aktivitas yang dilakukannya. Kecanduan bukanlah suatu hal yang langsung terjadi ketika kita bermain atau facebook-an, tetapi ada proses yang dilaluinya dalam beberapa waktu.

Adapun proses menjadi pecandu game online atau facebook yaitu :
  1. Sering mampir ke warnet atau mulai sering online di depan komputer/ laptop/ hp.
  2. Semakin hari semakin sering frekuensi dan kuantitasnya.
  3. Mulai malas melakukan aktivitas belajar dan positif lainnya.
  4. Berani bolos dari sekolah.
  5. Ditanya akan menjawab secara emosional dan suka berbohong.
  6. Kurang memperhatikan penampilan, tampak lusuh, mata kering dan merah, dan sulit konsentrasi.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan anak kecanduan game online dan facebook antara lain :
  1. Menurut Ketua KOMNAS PA, sebagian besar diakibatkan anak tidak mendapatkan saluran komunikasi yang baik untuk berkeluh kesah dari keluarga maupun pihak sekolah.
  2. Kurangnya pengawasan dari pihak orang tua dan sekolah.
  3. Salah pola didik dan asuh yang dilakukan oleh orang tua (terlalu memanjakan, terlalu membebaskan, terlalu mengekang, terlalu mencurigai, terlalu mendiamkan).
  4. Kejenuhan anak dalam rutinitas belajar dan aktivitas di rumah yang cenderung monoton dan membebani.
Sebagai orang tua, kita sangat berperan penting dalam mendidik anak-anak kita dan sangat menentukan apakah anak kita akan menjadi pecandu game online-facebook atau tidak? Peran yang dapat dilakukan oleh orang tua agar anaknya tidak kecanduan game oline dan facebook yaitu:
  1. Orang tua berperan sebagai teman belajar dan sekaligus bermain.
  2. Orang tua berperan sebagai sebagai teman “Asing” dalam situs jejaring sosial FB dan atau partner game.
  3. Orang tua berperan sebagai sebagai tempat curahan kasih sayang utama (disayang, dimanja, diperhatikan, ditemani, diberi, dan diapreasiasi).
Ternyata tidak anak saja yang bisa kecanduan game online dan FB. Orang tua pun bisa kecanduan seperti anak- anak. Ciri-cirinya antara alain:
  1. Terlalu sibuk dengan alat/ media ICT setiap harinya (aktivitas bisnis, sosial, pribadi) dengan MENOMORSATUKANNYA.
  2. Terbiasa On Line setiap saat minimal 5 hingga 10 jam per hari.
  3. Urusan/ kegiatan keluarga sering diserahkan kepada anggota keluarga yang lain.
  4. Kurang harmonisnya hubungan komunikasi dalam keluarga.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari dan mengatasi kecanduan game online-facebook yaitu:
  1. Jalin hubungan komunikasi seluruh anggota keluarga dengan baik, sering berkumpul dalam suasana akrab-hangat-terbuka-dan berkesan.
  2. Hindari aktivitas penggunaan ICT yang berlebihan (intensitas dan frekuensinya) dan terlalu tergantung dengan membatasi waktu penggunaan dan sediakan media pengganti.
  3. Bagi anda yang punya akun jejaring sosial, selektiflah dalam memilih dan menambah teman.
  4. Membiasakan bersikap jujur dan memperluas wawasan pengetahuan serta pemahaman akan nilai keagamaan dengan mengupgrade nya setiap saat
Langkah kuratif yang perlu dan segera dilakukan bagi yang sudah terlanjur kecanduan adalah :
  1. Kurangi waktu online internet secara bertahap.
  2. Alihkan aktivitas monoton dengan kegiatan santai yang positif dan penuh kebersamaan.
  3. Ubah atau hapus akun pribadi yang bersifat personal dan tertutup. Buatlah akun email, jejaring sosial, blog dan mailist yang bisa diketahui oleh anggota keluarga yang bisa dipercaya.
  4. Hindari curhat hal-hal yang terlalu personal atau terlalu sepele. Biasakan cerita dengan orang yang anda percayai secara langsung (suami/istri, suadara, sahabat, atau teman).

Sumber : Disarikan dari materi presentasi Bapak Iyan Sofyan, S.Pd, M.A. (Konsultan pendidikan) pada salah satu forum diskusi dengan orang tua/wali murid pada hari Minggu, 16 Oktober 2011.

Mar 20, 2009

Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (SD)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses. (Sumber :http://fip.uny.ac.id/)

Siswa SD yang secara umum berusia 6-12 tahun, secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai mampu berpikir logis yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai berkembang. Pada mulanya bilangan, kemudian panjang, luas, dan volume. Siswa masih berpikir tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan satu dengan yang lain. (Sumber : http://id.wikipedia.org/)

Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut antara lain:
  1. Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.
  2. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
  3. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki. Pengetahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
  4. Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
  5. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat.
Guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan. (Sumber: www.geocities.com/)

Ketercapaian Konsep
Menurut Nuryani R (2005: 51) konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lain. Konsep-konsep IPA sesuai dengan KTSP yang harus dikuasai oleh siswa SD kelas III secara umum antara lain: ciri-ciri makhluk hidup, penggolongan makluk hidup, lingkungan, benda, perubahan sifat benda, gerak, energi, cuaca, bentuk permukaan bumi, dan sumber daya alam.

Proses belajar dan mengajar merupakan suatu langkah untuk membimbing siswa dalam menguasai suatu konsep dan sub konsepnya. Siswa dibimbing melalui metode mengajar dan media pembelajaran sehingga dapat menguasai konsep suatu pokok bahasan. Ketercapaian konsep merupakan konsep-konsep dalam Standar Isi KTSP yang secara minimal harus dikuasai oleh siswa. Ketercapaian konsep dapat diukur melalui tes ketercapaian konsep kepada siswa.

Kemampuan siswa dapat digolongkan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan penalaran dan mudah diamati dengan menggunakan tes. Menurut Gorman dalam Bambang Subali dan Paidi (2002: 13) kemampuan seseorang meliputi kemampuan intelektual (aptitude) dan kemampuan psikomotor. Kemampuan intelektual mencakup produk dan proses. Adapun yang termasuk produk adalah fakta, konsep, dan struktur ilm pengetahuan, sedangkan yang termasuk proses adalah kreativitas, pemecahan masalah, dan komprehensif. Pencapaian belajar atau hasil belajar duperoleh setelah melakukan suatu program pembelajaran. Penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Metode Pembelajaran Eksperimen
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) tergantung pada banyak faktor, salah satunya adalah metode mengajar yang dilakukan oleh pendidik (guru). Guru yang mengajar dengan metode yang tepat akan membuat siswa senang, tekun, antusias, dan mudah memahami materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Ada berbagai macam metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru antara lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab, brainstorming, eksperimen, resitasi, demonstrasi, bermain peran, kerja kelompok, dan karya wisata (media.diknas.go.id)

Salah satu metode mengajar yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar di mana guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu. Misalnya, ingin memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik, mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui apakah yang akan terjadi, dan sebagainya. Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Adrian, 2004).

Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Suatu metode baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi yang lain. Suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain (pakguruonline.pendidikan.net). Metode eksperimen pun mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Metode Eksperimen

  • Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau membaca buku.
  • Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
  • Metode ini dapat menumbuhkan dan membina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan hasil percobaan yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan Metode Eksperimen
  • Membutuhkan peralatan yang sulit didapat sehingga tidak semua siswa berkesempatan melakukan percobaan.
  • Eksperimen yang memerlukan waktu yang lama akan membutuhkan waktu pembelajaran yang lama pula.
  • Metode eksperimen lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.(Adrian, 2004)
Daftar Pustaka
  • Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi belajar Siswa. Makalah disampaikan pada diskusi mahasiswa pasca sarjana UHAMKA. diambil dari: http://re-searchengines.com/art05-65.html
  • Anonim. (2008). Teori Pengembangan kogniif. diambil dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
  • Anonim. (2008). Macam Metode Pendampingan. diambil dari: http://media.diknas .go.id/media/document/3553.pdf
  • Anonim. (2008). Inisiasi Pembelajaran IPA 1 : Hakekat IPA. diambil dari: http:// fip.uny.ac.id/pjj/wp-content/uploads/2008/02/inisiasi_pemngembangan_ pembelajaran_ipa_1.pdf
  • Anonim. (2008). Inisiasi Pembelajaran IPA 4 : Konsep Pembelajaran IPA SD. diambil dari: www.geocities.com/no_vyant/Ss_inisiasi_sem2/Inisiasi_Pemngembangan_Pembelajaran_IPA_4.doc -
  • Bambang Subali & Paidi. (2002). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta: FMIPA UNY
  • Nuryani R. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM
Bagi yang berminat untuk mendidik anak-anak menjadi juara olimpiade sains dan matematika dapat mengunduh soal-soal olimpiade melalui klik disini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons